Apa itu Toxic Positivity ? Ketika Pikiran Positif Berdampak Negatif

Toxic Positivity, Maksud hati ingin menyemangati diri atau orang lain, tanpa disadari malah menghindari emosi negatif yang sedang dialami.
Apa itu Toxic Positivity ? Ketika Pikiran Positif Berdampak Negatif

“Tenang ini masalah kecil, kamu pasti biasa melewatinya,”
“Gak boleh nangis, jangan sampai orang melihat kesedihanmu,”
“Orang lain pasti punya masalah yang lebih dari ini.”

Masiqball.com - Pernah mendengar kalimat-kaliamat tersebut? Atau mungkin, itu menjadi cara untuk
menyemangati diri sendiri atau orang lain? Sebetulnya tidak ada masalah dari kalimat itu.
Namun tahukah kamu bahwa kalimat itu bisa menjadi toxic positivity.

Apa itu toxic positivity? Sikap atau pikiran positif yang dilakukan untuk menjalani hidup
namun mengabaikan emosi negatif ketika sedang diterpa masalah
. Meski sikap positif dan
pemikiran positif dapat memberikan banyak manfaat bagi kesejahteraan hidup manusia. Seperti
rasa percaya diri dan bahkan dapat mengurangi resiko untuk bunuh diri, bukan berarti semua
perasaan negatif yang datang harus diabaikan dan digantikan oleh topeng kebahagiaan.

Tidak hanya emosi positif, emosi negatif pun merupakan hal yang dibutuhkan manusia untuk
berproses menjalani hidup.


Maksud hati kamu menyemangati diri atau orang lain, tanpa disadari malah menghindari emosi
negatif yang sedang dialami. Di saat ini lah, sikap positif akan memberikan dampak negatif pada
diri atau bahkan orang sekitarmu.

Menjadikan Syukur Sebagai Tameng

Perlu diingat bahwa memiliki rasa syukur itu perlu. Tapi selalu menggunakannya untuk
menutupi masalahmu, bisa menjadi salah. Rasa syukur merupakan bentuk penerimaan diri
terhadap apa yang didapat atau dimiliki.
Jauh lebih dalam, rasa syukur membuat orang merasa cukup hingga bisa menikmati apa yang
dimilikinya. Sayangnya, orang-orang dengan toxic positivity seringkali menamengi diri dengan
rasa syukur.

Misalnya, seseorang yang tertabrak kendaraan hingga mengalami patah tulang.
Syukur kamu hanya patah tulang, gimana kalau meninggal?

Atau ketika seseorang merasa kelelahan dalam bekerja karena beban yang diembannya terlalu banyak.
“Bersyukur masih bekerja, banyak orang yang nganggur di luar sana,”


Ya, semua hal yang didapatkan perlu disyukuri, namun esensinya bukan untuk menyangkal
segala emosi negatif atau masalah yang ada. Orang-orang dengan toxic positivity akan menjadikan syukur sebagai “senjata” menghadapi emosi negatif dan masalah yang ada.

Mudah Insecure

Orang yang terdampak toxic positivity mudah merasa insecure atau tidak percaya diri. Hal ini
karena mereka kerap kali mendapat penyangkalan terkait emosi negatif yang dirasakan. Mereka akan merasa bahwa dirinya lemah, tak berdaya atau bahkan “drama”, sehingga malu untuk menceritakan masalahnya. Selanjutnya, orang tersebut hanya akan memendam masalah tersebut hingga membuatnya semakin tertekan.

Tidak Dapat Memaksimalkan Kemampuan Diri 

Pasti kamu pernah dengar pernyataan bahwa “kesuksesan adalah kumpulan kegagalan yang
diperbaiki
”. Sayangnya, kegagalan seringkali dianggap masalah.

Pada orang terdampak toxic positivity, mereka akan selalu menghindari masalah daripada menyelesaikannya. Nah, menghindari masalah terus-menerus akan membuat kemampuan dirimu dalam beradaptasi baik terhadap keadaan maupun lingkungan, tidak berkembang.

Halaman Selanjutnya : Cara Menghindari Toxic Positivity

Cara Menghindari Toxic Positivity 

Toxic positivity tentu dapat dihindari demi menjaga kesehatan mental dan kesejahteraan hidupmu. Berikut beberapa cara yang bisa kamu lakukan. 

Jangan Membandingkan Masalahmu Dengan Orang Lain

Masalah menjadi bagian dari kehidupan, bahkan menghindari masalah dapat menjadi masalah itu sendiri. Untuk itu, penting menyadari bahwa setiap orang mempunyai masalah dan kekuatan masing-masing untuk menyelesaikannya. 

Jika kamu sedang mengalami masalah, tak perlu membandingkan dengan milik orang lain. Masalahmu nyata dan perasaanmu atas hal tersebut valid. Fokus pada solusi masalah dan mengelola emosi yang sedang dirasakan. 

Begitupun ketika ada seseorang yang menceritakan masalahnya padamu, tak perlu membandingkan masalah yang tengah dihadapinya dengan orang lain atau dirimu sendiri. 

Hal itu akan memperburuk perasaannya dan membuatnya menjadi rendah diri. Alangkah baiknya kamu mendengar dan belajar memahami masalah yang tengah dihadapi orang tersebut. 

Memahami, Bukan Menghakimi

Perlu diingat bahwa orang yang sedang diliputi masalah, tidak membutuhkan penghakiman, melainkan bantuan. Sekalipun kamu merasa perlu menyampaikan sesuatu pada dirinya, lebih baik lakukan di kesempatan lain ketika kondisinya sudah lebih stabil. 


Kamu cukup menjadi pendengar yang baik dan memahami masalah apa yang tengah dialaminya dan apa yang sedang dirasakan. 

Bila kamu yang sedang mengalami masalah, temui seseorang yang dapat memahamimu. Luapkan emosimu padanya dan minta ia untuk menjadi pendengar tanpa perlu menginterupsi ceritamu. 

Jika memang ada yang perlu disampaikan olehnya, mintalah untuk disampaikan pada lain kesempatan. Nah itu tadi adalah ciri dan bagaimana cara menghindari toxic positivity. Bagaimana? Apakah kamu salah satunya? Baik untuk tidak selalu mengabaikan emosi negatif ketika diterpa masalah, dan jangan terlalu sering menutupinya dengan topeng kebahagiaan.
Content Creator, Video Editor, UI/UX Designer

Post a Comment

Berkomentar Dengan Sopan Dan Sesuai Isi Artikel Diatas